KONFLIK DALAM INDUSTRI/ORGANISASI
Konflik
merupakan suatu gejala yang umumnya muncul sebagai akibat dari interaksi
manusia dalam hidup bermasyarakat. Konflik akan timbul ketika terjadi
persaingan baik individu maupun kelompok. Konflik juga bisa dipicu karena
adanya perbedaan pendapat antara komponen-komponen yang ada di dalam masyarakat
membuatnya saling mempertahankan ego dan memicu timbulnya pertentangan.
Konflik dapat
berupa perselisihan adanya ketegangan atau munculnya kesulitan-kesulitan lain
di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antar
kedua belah pihak, sampai kepada mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu
sama lain sebagai pengahalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan
masing-masing. Bukan hanya di masyarakat konflik juga bisa terjadi di satuan
kelompok masyarakat terkecil, keluarga, seperti konflik antar saudara atau
suami-istri.
Menurut Dr. Robert M.Z. Lawang
konflik adalah perjuangan untuk memperoleh nilai, status, kekuasaan, dimana
tujuan dari mereka yang berkonflik, tidak hanya memperoleh keuntungan, tetapi
juga untuk menundukkan saingannya.
Konflik di dunia sangat banyak
sekali, contoh nya :
Seorang pekerja buruh ingin
mempunyai hidup yang lebih sejahtera dengan melakukan demo untuk meminta
kenaikan gaji. Di sisi lain pemilik perusahaan harus berfikir dua kali karena
tidak adanya skill atau kemampuan tambahan yang ada pada pekerja nya sebagai
ganti.
Jadi seorang pekerja harus
memandang sebuah persoalan dari berbagai sudut dan mencari cara baru untuk
memecahkan masalahnya.
Faktor-faktor penyebab terjadinya
konflik :
1.Perbedaan Antar perorangan
Perbedaan ini
dapat berupa perbedaan perasaan, pendirian, atau pendapat. Hal ini mengingat
bahwa manusia adalah individu yang unik atau istimewa, karena tidak pernah ada
kesamaan yang baku antara yang satu dengan yang lain.
Perbedaan-perbedaan
inilah yang dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya konflik sosial, sebab
dalam menjalani sebuah pola interaksi sosial, tidak mungkin seseorang akan
selalu sejalan dengan individu yang lain. Misalnya dalam suatu diskusi kelas,
kamu bersama kelompokmu kebetulan sebagai penyaji makalah. Pada satu
kesempatan, ada temanmu yang mencoba untuk mengacaukan jalannya diskusi dengan
menanyakan hal-hal yang sebetulnya tidak perlu dibahas dalam diskusi tersebut.
Kamu yang bertindak selaku moderator melakukan interupsi dan mencoba meluruskan
pertanyaan untuk kembali ke permasalahan pokok. Namun temanmu (si penanya) tadi
menganggap kelompokmu payah dan tidak siap untuk menjawab pertanyaan. Perbedaan
pandangan dan pendirian tersebut akan menimbulkan perasaan amarah dan benci
yang apabila tidak ada kontrol terhadap emosional kelompok akan terjadi
konflik.
2. Perbedaan Kebudayaan
Perbedaan
kebudayaan mempengaruhi pola pemikiran dan tingkah laku perseorangan dalam
kelompok kebudayaan yang bersangkutan. Selain perbedaan dalam tataran
individual, kebudayaan dalam masing-masing kelompok juga tidak sama. Setiap
individu dibesarkan dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam
lingkungan kelompok masyarakat yang samapun tidak menutup kemungkinan akan
terjadi perbedaan kebudayaan, karena kebudayaan lingkungan keluarga yang membesarkannya
tidak sama. Yang jelas, dalam tataran kebudayaan ini akan terjadi perbedaan
nilai dan norma yang ada dalam lingkungan masyarakat. Ukuran yang dipakai oleh
satu kelompok atau masyarakat tidak akan sama dengan yang dipakai oleh kelompok
atau masyarakat lain.
Apabila tidak
terdapat rasa saling pengertian dan menghormati perbedaan tersebut, tidak
menutup kemungkinan faktor ini akan menimbulkan terjadinya konflik sosial.
Contohnya seseorang yang dibesarkan pada lingkungan kebudayaan yang bersifat
individualis dihadapkan pada pergaulan kelompok yang bersifat sosial. Dia akan
mengalami kesulitan apabila suatu saat ia ditunjuk selaku pembuat kebijakan
kelompok. Ada kecenderungan dia akan melakukan pemaksaan kehendak sehingga
kebijakan yang diambil hanya menguntungkan satu pihak saja. Kebijakan semacam
ini akan di tentang oleh kelompok besar dan yang pasti kebijakan tersebut tidak
akan diterima sebagai kesepakatan bersama. Padahal dalam kelompok harus
mengedepankan kepentingan bersama. Di sinilah letak timbulnya pertentangan yang
disebabkan perbedaan kebudayaan.
Contoh lainnya
adalah seseorang yang berasal dari etnis A yang memiliki kebudayaan A, pindah
ke wilayah B dengan kebudayaan B. Jika orang tersebut tetap membawa kebudayaan
asal dengan konservatif, tentu saja ia tidak akan diterima dengan baik di
wilayah barunya. Dengan kata lain meskipun orang tersebut memiliki pengaruh
yang kuat, alangkah lebih baik jika tetap melakukan penyesuaian terhadap
kebudayaan tempat tinggalnya yang baru.
3. Bentrokan Kepentingan
Bentrokan
kepentingan dapat terjadi di bidang ekonomi, politik, dan sebagainya. Hal ini
karena setiap individu memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda dalam
melihat atau mengerjakan sesuatu. Demikian pula halnya dengan suatu kelompok
tentu juga akan memiliki kebutuhan dan kepentingan yang tidak sama dengan
kelompok lain. Misalnya kebijakan mengirimkan pemenang Putri Indonesia untuk
mengikuti kontes ‘Ratu Sejagat’ atau ‘Miss Universe’. Dalam hal ini pemerintah
menyetujui pengiriman tersebut, karena dipandang sebagai kepentingan untuk
promosi kepariwisataan dan kebudayaan. Di sisi lain kaum agamis menolak
pengiriman itu karena dipandang bertentangan dengan norma atau adat ketimuran
(bangsa Indonesia). Bangsa Indonesia yang selama ini dianggap sebagai suatu
bangsa yang menjunjung tinggi budaya timur yang santun, justru merelakan
wakilnya untuk mengikuti kontes yang ternyata di dalamnya ada salah satu
persyaratan yang mengharuskan untuk berfoto menggunakan swim suit (pakaian
untuk berenang).
4. Perubahan Sosial yang Terlalu
Cepat di dalam Masyarakat
Perubahan
tersebut dapat menyebabkan terjadinya disorganisasi dan perbedaan pendirian
mengenai reorganisasi dari sistem nilai yang baru. Perubahan-perubahan yang
terjadi secara cepat dan mendadak akan membuat keguncangan proses-prosessosial
di dalam masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk
perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah
ada. Sebenarnya perubahan adalah sesuatu yang wajar terjadi, namun jika
terjadinya secara cepat akan menyebabkan gejolak sosial, karena adanya
ketidaksiapan dan keterkejutan masyarakat, yang pada akhirnya akan menyebabkan
terjadinya konflik sosial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar